Selasa, 13 Maret 2012

Bangun Tidur, Cuci Muka, dan Menjadi Diri Sendiri yang Lebih Baik


"Hoamn" Jaka Selimut menguap, terbangun dari tidur panjang yang rasanya sangat sebentar. Dia terbangun dan menyadari bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan, dia harus kuliah, mengarjakan tugas, dan menulis segala bahan di beberapa media online independennya, baik yang ditulis sendiri maupun ditulis bersama rekan-rekannya. Terselip di antara rasa malasnya karena terlalu anyak kegiatan, dia menyimpan rasa resah, bosan dan gelisah, rasa itu bukanlah hal yang biasa, bukanlah yang pemuda-pemudi ramaikan dengan istilah "galau" itu.


Dia merasa bosan dan menyebut masa itu adalah titik jenuh kehidupan. Titik jenuh kehidupan adalah masa dimana seorang Jaka Selimut banyak melakukan pemikiran-pemikiran abstark, dia merasa harus ada yang di ubah dalam masa yang cukup membingungkan baginya. Ketidak selarasan dan ketidak harmonisan sudah merebak diseluruk pelosok dan lapisan masyarakat. Dia merasa jenuh dan apa yang ditatap di masa depan adalah film buram yang berjamur.

"Apakah akan kayak gini masa depan gue?" tanyanya dalam hati memandang keseluruh penjuru kamarnya yang berantakan dan membosankan, segala benda tercecer tidak rapi dimanapun, dia merasa sudah menutup kamar itu cukup lama dan semua berantakan dan berlapis debu. Kamar gelap dan hanya diterangi oleh bohlam kecil lampu belajar dan cahaya laptop yang masih menyala setelah berhari-hari. Dia berpikir banyak hal, dia memikirkan dan bertanya pada dirinya, sebuah pertanyaan yang sama sekali tidak terbayang dibenaknya, "apa mereka sadar apa yang telah mereka lakukan? (mereka: pemuda dan pemudi) apakah mereka sadar banyak hal yang telah mereka rusak untuk masa depannya sendiri? apakah mereka sudah memikirkan langkah perubahan?", sebuah pertanyaan yang membingungkan memang, saya sendiri selaku narator bingung, apa mereka yang dimaksud oleh Jaka Selimut tadi sudah siap akan hal yang harus dipimpinnya dimasa yang akan datang.

dia merasa banyak hal yang selalu diulang-ulang, dan menyamai satu sama lainnya, tanpa bosan mereka menjilat ludah mereka sendiri dan menjadi manusia-manusia yang membosankan. Saya sendiri bingung mengapa tiba-tiba Jaka Selimut merasa seperti ini, dia terlihat murung, tidak bergairah dan kerjanya hanya tidur dan berpikir tanpa melakukan hal yang berarti. Apa dia sudah bosan untuk berbicara, berteriak meneriakan sebuah pandangan baru mengenai perubahan apa yang harus dipikirkan dan direncanakan. segala hal bisa menjadi positif bila dipikirkan secara matang, apa mereka sedang berpikir? atau sedang dibuai? bila perubahan besar memaksa meraka punah dan tersingkir, apa mereka sudah siap jatuh dan terinjak lagi selama puluhan tahun, dibawah kaki para orang-orang berlatar belakang sama dengan kedok yang berbeda, smiling face bukan hanya pemimpin, bisa jadi media, apakah pemuda dan pemudi sudah peka dan melek terhadap media, apakah mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk sehingga tidak layak sama sekali mereka ikuti dan jadikan panutan, siapa sebenarnya di dalam diri mereka? apakah mereka sudah tahu? orang lain kah? atau memang dirinya sendiri? bila ada dua sisi dalam diri pemuda-pemudi, sisi mana yang paling dominan? apakah sisi Indonesianya? ataukah justru sisi baratnya?

Satu pesan yang mau dia sampaikan pada banyak orang hari ini, saat dia terbangun dan tertidur lagi..

"MARI MUAK DENGAN MUKA LAMA KALIAN, CUCI MUKA DAN MENJADILAH DIRI SENDIRI YANG LEBIH SEGAR.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda