Senin, 19 Maret 2012

Lingkaran Setan Kehidupan di Masa Depan



Diskusi.. diskusi dan diskusi lagi, kegemarannya si Jaka Selimut, sampe pagi buta diskusi tentang apa saja, memang pendekar selimut kita yang satu ini paling yahuud dah.. asal kalian tahu aja nih, dua hari ini dia nggak kuliah gara-gara bangun kesiangan, saat Saya tanya kenapa? dia menjawab.

"Senin gue tidur jam setengah empat gara-gara ngotak-atik templates Jaka yang Lain, udah gitu gue mimpi punya cewek dan ini jarang, daripada bangun terus mimpi gue musnah gitu aja mendingan lanjut, nggak gue sangka hari cepet berlalu dan terbangunlah gue jam 10.28. Nah hari ini gue ngajarin temen gue maen gitar sekalian mendiskusikan sesuatu sampe pagi.. baru jam setengah lima gue mati suri di kasur" (terdengar seperti lirik lagu sore)

Apa yang dirimu diskusikan Jak?




"Soal Hidup..." (Jaka Seraya menatap langit-langit seolah ingin meluncur ke surga) 








Saya bingung dan bertanya-tanya, apa lagi gerangan yang membuat dia berpikir sebegitu kerasnya hingga tidak tidur sampai pagi buta lagi.. padahal dia sudah melewati 3 mata kuliah hari ini.. "Soal hidup apa lagi si Jak? dirimu seharusnya terbangun sekarang, kuliahmu jak kuliahmu itu lebih penting!!" teriakku ke kupingnya, tetapi Jaka hanya diam masih dengan pose yang menatap langit-langit itu.

"Apa yang kita kejar dari kehidupan?" ucapnya. "Lu kalo udah kelar kuliah mau apa narator? mengabdikan diri buat kantor apa jadi wirausaha?" sambungnya. Saya bingung bukan kepalang dan mencoba mendinginkan kepala untuk menjawab pertanyaan temanku yang baru saja bangun dan masih mengenakan pakaian yang sudah dua hari belum diganti itu. "gue belom kepikiran apa-apa Jak, Gue nggak tau deh ntarnya gue jadi apa pas kelar kuliah, jadi narator lagi apa mau jadi dr. Watson" (temennya Sherlock Holmes) Ucapku kebingungan. "Hm, begitu rupanya, kau adalah bagian dari manusia-manusia yang akan kebingungan dimasa depan berarti" katanya menanggapi jawaban dariku yang menurutku kurang membuatnya puas. "Memang dirimu mau jadi apa Jak? Apa dirimu sudah memikirkan hal itu? aku memang merasa tidak perlu memikirkan jauh kedepan karena aku hanya menghadapi hari ini esok dan lusa dengan apa adanya!" jawabku kesal karena seolah-oleh dia meremeh-temehkan jawabanku tadi. "Sudah.. dengerin dulu apa yang gue diskusiin semalem sama temanku yang biasa mampir kesini si Danang soal kehidupan pagi tadi" Timpalnya menurunkan tensi pembicaraan pagi itu.

Dia mengambil bungkus rokok sisa semalam dan merogohnya, mencari apakah ada sebatang dua batang tersisa di dalamnya, Ternyata dia tidak menemukan satupun rokok di dalamnya dan membanting bungkus itu hinggga terpantul ke hidungku, dia hanya menyeringai dan memasang wajah cool- nya lagi. "Gue juga sebetunyla bingung Tor (narator), gue bingung mau jadi apa nanti pas udah kelar kuliah" ujarnya sambil kembali ke pojok kasur seraya duduk santai. "Semalam diskusi dimulai dari ucapan Danang yang ingin kerja di Jakarta setelah lulus kuliah kelak" Sambil merogoh-rogoh samping kasur dia mengeluarkan satu batang keris rokok yang langsung dibakarnya dengan korek yang selalu ada di kantong celana hitam kumel dan cutbraynya itu. "Memang kenapa Jak, kok dirimu bisa menjadikan hal itu sebuah bahan diskusi?" tanyaku kebingungan pada kawanku yang pagi itu belum sama sekali cuci muka dan mandi. "Gue inget beberapa minggu yang lalu pas gue ke Bekasi gue ketemu temen gue, anak MLM, dia nawarin gue masuk dengan cara.. ya biasa lah lo tau kan istilah memprospek bla bla bla itu. Dia menjelaskan sirkulasi kehidupan bekerja kantoran di jakarta, bila disusun hanyalah seperti ini :




"Saya adalah mahasiswa jurusan anu yang baru lulus tahun 2015 (misalkan), saya mencoba melamar kerja di media dan dimanapun saya berada, saya masuk kerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Kehidupan saya berubah sejak saat itu, saya bangung pagi, mandi, sarapan di meja makan, itupun kalau sempat, karena saya harus berangkat lebih pagi dari ribuan masyarakat Jakarta dan sekitarnya yang ingin berangkat kerja hari itu. Kalau saya kesiangan ya saya tidak perlu sarapan, langsung memanaskan mesin kendaraan dan langsung berangkat ke kantor duduk berlama-lama di motor atau mobil, belum lagi kalau sudah terjebak mecet, sampai kantor telat pula, sampai kantor duduk lagi di depan meja berjam-jam sampai waktunya istirahat di pukul dua belasan makan di kantin atau warteg terdekat karena kita tidak bisa jauh-jauh dari kantor takut telat pas masuknya lagi. Jam setengah dua saya kembali ke kantor dan melakukan rutinitas seperti biasa, duduk di depan meja, mengurus ini itu di dengan komputer sampai akhirnya pulang pukul tiga atau setengah empat. Sampai di gerbang kantor saat ingin keluar jalanan sudah ramai oleh pekerja yang juga bersemangat untuk pulang dan kembali terjebak macet dan sampai di rumah pukul tujuh atau setengah delapan malam. 


 


Hari itu terus berulang selama empat tahun sampai kita lupa memikirkan tentang jodoh, saking muaknya orang tua saya karena tidak pernah menunjukan batang hidung si calon istri akhirnya saya di jodohkan, mau nggak mau ya saya terima saja tawaran tersebut karena yang saya pikirkan hanyalah keteraturan hidup, umur 27 tahun saya menikah dan beberapa tahun setelah itu saya memiliki tiga orang anak, bertahun-tahun saya menghidupi keluarga saya dengan gaji hanya berkisar lima sampai enam juta per bulan, anak banyak dan saya harus menyekolahkan mereka. Sementara sudah bertahun-tahun saya kerja dan kehidupan masih saja ada di lingkaran setan itu. 


 


Anakku melangkah satu per satu ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan biaya masuk yang cukup menggores leher saya, mau makan gimana nih? sementara loyalitas kepada kantor diukur oleh kenaikan gaji hanya sampai batas sembilan juta rupiah per bulan. Asuransi pendidikan anak yang tersimpan cukup pas-pasan untuk anak pertama saya kuliah lalu...."

OH HENTIKAN JAK!

"CUKUP JAK!!! itu sudah terlalu jauh" teriakku menegaskan kepadanya. "Saya juga jadi rungsing dan pesimis kalau kau bercerita tentang penderitaan seorang mahasiswa yang menyedihkan itu" sambungku. "Ya itu kan hanya perumpamaan, ini cuma perumpamaan lingkaran setan yang di setting oleh orang-orang MLM yang saat itu mencoba merayu gue buat masuk MLM" tanggapnya. "Okee jak jidi dirimu ingin jadi seperti apa? Karyawan atau Wirausaha" tanyaku, dia hanya menjawab "Jadi tukang cendol saja lah.. heuheu". "kalau mau kau menikah saja dengan wanita kaya, kau bunuh ayahnya dan adik-adiknya dengan racun dan perusahaan jatuh ketanganmu Jak" tambalku, "Ya karena nilai manajemen gue saat kuliah standar, jadi gue nggak bisa mengatur perusahaan deh.. perusahaan mendiang mertua gue bangkrut dan gue tetep jadi wirausaha, jadi tukang cendol atau tukang sate.. gimana?".

Saya terdiam dan sesaat dan memikirkan apa yang kawan saya katakan barusan, kalau saja saya mengambil  pendidikan kejuruan apa akan berbada? ataukah memiliki rotasi yang sama juga. Sekolah perhotelan, Teknik atau Tata Boga...


?!



"AAAHHHHHHH!!! Gila dirimu Jak pikiranmu udah jauh banget dari dugaanku, sudah mandi dulu sanna ada 'ayam' spesial tuh dikamar mandi"

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda