Rabu, 14 Maret 2012

Musikku Belum Tentu Musikmu

Dunia tanpa musik mungkin akan sangat aneh, bila tidak ada nada-nada indah dari musik mungkin dunia akan terasa sangat sepi dan kosong, hanya ada hentakan jejatuhan, dan suara-suara manusia yang bercakap disegala penjuru tempat. Bersyukurlah kita bahwa manusia telah menemukan tangga nada berabad-abad silam hingga akhirnya jadilah instrumental musik yang membuat suasana menjadi lebih indah.



Musik bagi Jaka Selimut adalah hal yang paling tepat untuk dinikmati saat sedang santai dan pengantar tidur. Saat pulang kuliah dan tidak ada kerjaan dikosan dia langsung menghidupkan laptopnya yang bersuara seperti mesin penghancur rongskan itu dan memutar beberapa lagu yang pas untuk dinikmati sambil menemani waktu nganggurnya. Musik selain untuk menemani santai juga sering dimanfaatkannya untuk menemaninya menghabiskan rasa kantuknya dimalam hari sampai besok paginya, atau menemani kesendiriannya dibangku bus baik damri atau bus antar provinsi saat pulang pergi Nangor-Bekasi atau sebaliknya.


 Apa saja musik selera Jaka Selimut, ya sambil mengingatkan atau lebih tepatnya bernostalgia dengan beberapa band klasik yang dia senangi, serta memperkenalkan kepada kalian beberapa band bagus yang masih masuk kedalam jajaran band yang tidak banyak diketahui orang atau diperhatikan orang, band indie contohnya, banyak dari mereka belum terlalu mengenal beberapa talenta yang masih terpendam dalam tanah musik Indonesia seperti Efek Rumah Kaca, Monkey to Millionaire, White Shoes and the Couple Company dan banyak lagi yang lainnya.

Jaka menyukai musik instrumental seksofon, solo gitar instrumental, klasik instrumental, dan beberapa Original Sound Track dari film yang cukup booming di awal tahun 2000-an. Musik yang seperti itu lah yang mungkin ia suka, tetapi tidak sembarangan instrumental juga, dia tidak terlalu suka musik instrumental laris, musik instrumental yang emosional dan menjadi musik yang nusuk saat malam adalah musik indah ditelinganya.



Klasik, mungkin itu juga yang akan kalian lontarkan bila bertemu dengan Jaka Selimut, dari gayanya terlihat sekali dia bunkan penikmat musik sembarangan. Wajah, dan penampilan klasik akan menyeret anda untuk berpikir kalo dia pasti suka musik-musik jadul. Bila anda berpendapat demikian, maka tepatlah dugaan anda, Musik pop Indonesia 70 sampai 90-an adalah salah satu langganan telinganya, dari yang ia kenal sampai yang masih sangat ingin dia ketahui siapa penyanyinya pun ada. sementara dari Barat, tentu dia mengenal band macam bahkan dari tahun 60-an, tetapi yang cukup dominan ditelinganya ya seperti The Beatles, Queen, Oasis, beberapa band-band Amerika.

"gue nggak terlalu suka punk, dan tidak mendalami musik cadas dan underground, tapi kalo tahu mah cukup tau aja" Hal itu pernah terlontar saat ada seseorang yang menanyakan soal selera genre musik. Sementara musik asli indonesia yang dia sukai adalah paduan musik gambang kromong dan kroncong ala benyamin dan dangdut kroncong ala Warkop dan musisi komedi sejenis Pancaran Sinar Petromak. Dia tidak terlalu menyukai musik yang banyak dikenal orang, sehingga, bila dia menemukan sebuah band atau musisi yang dia suka, dia akan mencari lagu lain, bukan hanya yang terkenal saja. Musik yang murni menurutnya adalah musik yang tidak akan pernah lelah mengalun sekalipun penyanyi dan band tersebut sudah bubar ataupun mati.



Pandangan tentang musik saat ini, baginya hanyalah sebuah peralihan, semua aliran musik itu berputar dan memiliki masanya masing-masing untuk dikenal,

"Genre musik yang diminati orang Indonesia itu berputar, baik itu pop, melayu, bahkan lagu nasyid dan rohani, buat gue, rotasi itu wajar, dan saat ini gue lagi istirahat untuk menyukai lagu-lagu populer" pikirnya.

Rotasi alamiah pada hasrat manusia mencari sesuatu yang baru akan selalu ada dan berputar, namun tidak banyak yang menyadari itu, padahal hal itu jelas terlihat dalam dunia musik dan mode.

 Musikku mungkin adalah musikmu 

"Musikku mungkin adalah musikmu tapi musikmu belum tentu musikku" katanya. Kita, manusia memiliki segala jenis perbedaan, biarpun terkadang selera manusia banyak memiliki kesamaan tetapi belum tentu bisa menyentuh kesamaan selera secara sempurna. Semua bebas berekspresi, tapi saya sangat menghormati mereka yang berekspresi secara wajar dan tidak mendewakan uang. Mereka, kita dan kalian mungkin sudah tersentuh pemikiran kapitalis dalam berkesenian, tetapi yang masih menghargai kemurnian seni belum menjadi sedikit, mereka ada dan banyak yang tidak memperlihatkan diri, menyusun rencana untuk mengkudeta kesewenangan pihak yang menyalahgunakan talenta luar biasa yang masih dilumuri tepung hingga tampak seragam.

Semoga mereka, yang masih mencari cara mengkudeta para kaum kapitalis bertopeng dibalik label masih bisa bersabar dan tabah melihat segala hal busuk ini bertahan sampai waktu yang tidak bisa ditentukan ini. Kejayaan mereka akan kembali lagi, kemurnian berkesenian dalam bidang apapun khususnya musik akan kembali memancar kelak, dan bunyi-bunyian yang disebut musik oleh "mereka" yang belum paham yang kian hari makin terdengar seperti bunyi kentut label itu akan beralih kepada tangga nada yang merdu nan menjernihkan langit musik Indonesia, kita tidak perlu menjadi orang lain untuk dipandang lebih oleh orang lain.
"Sekali lagi, lepaskan make-up penuh kebohongan dan cuci mukalah disetiap pagi dan pancarkan keindahan wajahmu sendiri dan apa adanya, cukup bersolek layaknya orang Indonesia.

Label: , ,

2 Komentar:

Pada 18 Maret 2012 pukul 15.13 , Blogger Vittore Diaputra Fau mengatakan...

kren banget blognya...ditambah lagi ya...and visit my blog,thanks

 
Pada 20 Maret 2012 pukul 09.03 , Blogger Unknown mengatakan...

thanks ya.. saya juga udah visit blog anda, keren.. lanjutkan boss thanks vor sharing thanks for visit

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda