Selasa, 10 April 2012

Mengintai Dari Kejauhan


Ini adalah cerita sambungan dari cerita ini

Siapa mereka Jak? itu adalah pertanyaan yang selalu muncul dan tenggelam saat mengamati Jaka yang kian hari kian membingungkan sikapnya. Kerjaannya sekarang hanyalah bolak-balik membuka web dan mencari kebenaran tentang organisasi yang akhir-akhir ini selalu berkunjung ke kosan kami. Penampilan mereka aneh sekali, mereka selalu berpakaian dengan sebagian tuuhnya tertutup mantel tebal, tidak siang tidak malam, biarpun terik mereka tetap berpenampilan seperti itu. Jaka terkadang termenung tidak jelas ditengah pembicaraan saat saya menanyakan orang-orang itu, dia berpikir keras lalu selalu mengalihkan pembicaraan. Dia terlihat sangat berhati-hati bila membicarakan tentang mereka.


Hingga suatu hari Jaka mengajak saya berbicara mengenai mereka. "Gue terus berpikir Tor, gue bingung, siapakah mereka, gue kayak pernah ngeliat mereka di suatu tempat di suatu waktu, apakah mereka datang dari masa lalu gue ya Tor?" tanya Jaka dalam kebingungannya sambil memegangi tulang punggungnya. Dia memang sering mengeluh sakit punggung akhir-akhir ini pada saya, mungkin karena terlalu sering duduk meringuk di depan laptopnya sambil mencari tahu beberapa organisasi macam itu di internet. Saya terdiam memikirkan apa jawaban yang kira-kira pantas keluar dari pertanyaa Jaka yang membingungkan tadi.

Masa Lalu Jaka

"Memang segimana rumit masa lalumu Jak sampai kamu bisa seperti hilang ingatan seperti itu?" Tanyaku pada Jaka. "Dari sisa catatan yang diberikan oleh kakek tua yang katannya menemukan gue dulu, katanya gue dulu adalah orang yang selalu hati-hati dan banyak masalah" Jawabnya dengan nada dan mimik tidak meyakinkan. "Apa-apaan ini Jak, Kamu tidak pernah bercerita tentang masa lalumu sama sekali kepada saya, bagaimana saya bisa tahu siapa orang tua itu dan catatan-catatan itu, bahkan saya sama sekali tidak pernah menduga siapa kamu sebelumnya" Balasku yang mulai kebingungan dan penasaran.

Jaka bercerita pandang mengenai masa lalunya kepada saya, dan sangat mengejutkan ini seperti cerita Smalvile atau sejenisnya. "Jangan Katakan kalau kau adalah seorang Clark Kent atau seorang Alien Jak" Lontaku ditengah pembicaraanku dengan Jaka. "Nggak, nggak sefiktif itu juga Tor, dengarkan dulu" katanya. Dia pun langsung melanjutkan.

Jaka bercerita dan bercerita tanpa henti sampai akhirnya saya mengeahui asal usul Jaka jauh sebelum saya mengenalnya. Pada masa Orde Baru banyak isu dan omongan masyarakat tentang Penembak Misterius atau Petrus. Pada masa itu orang-orang yang pintar dan intelek dipaksa bungkam, seniman dan pengamat yang mempunyai peran atau memiliki peluang menghancurkan tatanan pemerintahan diculik dan hilang, mereka yang bertato atau preman-preman ditembak mati dan mayatnya dibuang dan dimasukan kedalam karung, dan banyak berkeliaran ninja-ninja pembunuh para pemuka agama yang memiliki peluang melawan diseluruh pelosok negri, dan dia bukan dari masa itu.

Entah mengapa dia merasa kalau mereka (organisasi itu) ada hubungannya dengan konspirasi dimasa kelam. Dia merasa apa yang akan mereka hasilkan bila memang seorang Jaka Selimut hadir dan bersatu di dalam organisasi aneh tanpa nama tersebut. Jaka hanya termenung sambil menghisap rokoknya yang umurnya tinggal dua hisapan itu. Tiba-tiba seseorang menggedor pintu dengan buru-buru, Jaka selaku pemilik kamar langsung berjalan dengan enteng menghampiri jendela untuk memastikan siapa orang yang berkunjung malam-malam begini. Jaka langsung menoleh ke arahku dan dengan isyarat matanya yang tenang dia menyampaikan pesan bahwa saya harus masuk ke kamar mandi untuk besembunyi sejenak. Saya langsung masuk ke kamar mandi Jaka yang gelap dan berdiam sambil menguping mancari tahu apa yang terjadi.

Dari luar saya mendengar Jaka membuka pintu kamarnya dan terdengar percakapan. Suara yang pertama keluar adalah sang tamu "Apakah Saya mengganggu mendatangi anda malam-malam begini?" tanya si tamu. Alangkah kagetnya saya mendengar balasan dari Jaka yang mempersilahkan masuk orang itu, tetapi dia tidak memberikan isyarat kepada saya untuk keluar sesaat setelah tamu itu masuk. Jaka berkata pada si tamu "Tentu saja saya tisak terganggu, bapak silakan masuk, maaf kamar saya kecil dan berantakan.". "Ia nak tidak apa-apa" kata pria bersuara sangat tegas dan datar itu. "Mau minum Teh pak? saya tidak ada kopi, maklum persediaan kopi saya sedang habis" Kata Jaka yang suaranya mendekat ke arah saya bersembunyi, maklum dispenser Jaka berada tepat disamping pintu toilet kamarnya.  "Ya apa sajalah, saya juga cuma sebentar, hanya ingin menyampaikan sedikit pesan dari masa lalu padamu nak" Kata sang tamu yang rasanya sudah mulai menikmati berantakannya kamar Jaka ini. "Pesan, Pesan apa pak?" tanya Jaka keheranan. "Awalnya saya ingin memperkenalkan dulu siapa saya, Saya adalah Sutomo, saya hanyalah seorang pegawai swasta yang bekerja tidak jauh dari kota tempat kita berasal" Kata pria ini, sejenak setelah  mendengar namanya, Jaka berhenti mengaduk dan kembali terdengar suara adukan pada tempat minum yang akan diberikan pada pria ini. "Saya mungkin tidak anda kenal, tetapi saya adalah seorang yang datang dari masa lalumu nak, kalau kamu ingat saya adalah anak dari Suprapto, kakek yang mengaku menemukanmu saat kamu masih merah, dan saya akan menyampaikan sedikit pesan dari ayah saya sebelum dia pergi meninggalkan kita sembilan tahun yang lalu." kata Pria yang mengaku bernama Sutomo ini, Jaka hanya berkata dengan nada datar dan pelan "Kakek ya, ternyata dia sudah tidak ada".

Pesan

"Saya tidak bisa mengatakan pesan itu secara langsung di tempat seperti ini, jadi, bacalah ini, surat dari ayahku, saya sempet membacanya, dan saya tidak mengerti. Tapi yang saya hanya ingin peringatkan padamu, jauhi organisasi hitam apapun yang datang padamu akhir-akhir ini, bacalah surat ini, dan jangan sampai surat ini jatuh ke tangan yang salah. Kamu selalu diingatkan dengan kenangan masa lalu yang bukan masa lalumu yang sebenarnya, ini mungkin hanya kebetulan atau bagaimana, pokoknya kamu adalah kamu yang sebenarnya, tidak pernah kamu ada di masa yang hadir dalam ingatanmu" Jelas Sutomo pada Jaka.

"Bapak tahu banyak tentang saya, apa kakek bercerita banyak tentang saya? dan bagaimana anda tahu apa yang saya rasakan akhir-akhir ini?" tanya Jaka yang makin keheranan. "Ayah pernah sesekali bercerita tentang kamu saat saya temani bertugas, dan apa yang saya tahu tentang kebiasaanmu itu adalah kesimpulan dari pengamatan saya akhir-akhir ini, maaf saya sempat memasang penyadap, hal itu saya lakukan hanya untuk memastikan kamu adalah orang yang ayah saya maksud, jadi saya ambil lagi ya benda ini" tukas Sutomo. "Tugas?" tanya Jaka kembali padanya keheranan. "Ayah saya adalah agen swasta yang saya sendiri pun tidak tahu bernaung dan berpihak pada siapa, saya tidak terlalu mengerti mengenai badan agensi intelijen, ya sudah  saya pulang dulu, simpan surat itu dan pecahkan pesan disana, dan satu lagi, berhati-hatilah, mereka mengintaimu dari kejauhan, saya tidak bercanda Jaka". Kata bapak Sutomoyang suaranya terdengar jauh di depan pintu dengan derap sepatu seolah orang itu sedang memakai sepatunya. "Jak, hubungi saya di kontak yang ada di dalam amplop itu, saya pergi dulu, nanti kita diskusi lagi" ucapnya. "Ya pak, berhati-hatilan di jalan" balas Jaka.

Beberapa saat dia kembali memanggil saya keluar dan mengajak saya membuka suratnya, "Kenapa mengajak saya Jak?" tanyaku. "BIarlah, lo bisa gue percaya kan? jadi nggak salah kalo kita buka ini bareng-bareng" katanya sambil memandangi saya dengan penuh keyakinan. Jaka sangat gugup saat itu, dan perlahan lem pada amplop itu dibukanya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda