Jumat, 23 Maret 2012

Kita Butuh Strategi Baru Bung!



Panas sekali hari ini, Rabu (23/3) Jaka masih terlihat sibuk mondar mandir diantara mereka yang berteriak-teriak menuntut mundur rezim SBY- Budhiono, mereka meneriaki para pemimpin negri ini dengan kata-kata kotor dan makian serta cacian. Jaka tampak serius memperhatikan mereka, entah apa yang dia pikirkan. setelah mondar mandir tidak jelas, bertanya--tanya sedikit dan menerima sebuah lembaran dia kembali ke tempat saya berdiri. Dia terdiam, seolah ingin memecahkan sesuatu, "Apa ini masih efektif?" tanya dia kepada saya. "Apa yang efektif Jak?" tanya saya kembali padanya, "Ya ini, demonstrasi, mereka menghabiskan uang, membayar makanan minuman untuk massa mereka, hari ini saja sudah lebih dari tiga puluh orang, mereka mahasiswa dapet uang dari mana ya? belum lagi membayar mereka itu tu.." lanjutnya. "Mereka yang mana Jak?" tanyaku, "itu, yang belakang itu" jawabnya sambil menunjuk kepada tiga orang yang sempat dia tanyai barusan. "Mereka memang siapa? kok dibayar Jak?" tanya saya heran. "Menurut beberapa orang yang sempet ngobrol sama gue dijalan, kadang-kadang mereka memanggil orang bayaran buat ikut meramaikan demonstrasi, gue awalnya sangsi si emang, tapi gue heran, tadi pas gue tanya, 'mas dari kampus mana aja nih?' mereka bilang dengan wajah bingung dan.. ya aneh lah bilang 'ermm.. ga tau yah' tapi mereka masuk barisan dan mengibar-kibarkan bendera seolah-olah mereka disana sangat bersemangat Tor" Jelasnya. "Jadi menurut kamu memang benar ada orang yang dibayar dalam rombongan ini Jak?" tanyaku kembali. "bisa jadi si kalo emang begitu, temen gue si Jaka Cepot juga di ospek suruh ngelakuin kayak gini di kampusnya, padahal mungkin pengetahuan dia saat awal masuk kampus itu belum terlalu luas lho" Jawabnya kembali.


Siang hari itu adalah hari pertama dia meliput untuk media kampus untuk bahan tugasnya. Jaka bersama empat orang teman kampusnya sudah ada di depan Gedung Sate dari pukul 10-an. Hari itu sedang ada demo berkenaan dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diperkirakan akan terjadi 1 April mendatang. Massa yang datang hari itu adalah salah satu persatuan mahasiswa islam yang ada di Indonesia. Mereka membawa sekitar lebih dari tiga puluh orang untuk melakukan aksi damai di depan gedung pemerintahan Jawa Barat itu. Mereka meneriakan penolakan kenaikan BBM dan meneriakan revolusi dan penurunan Rezim SBY yang menurut mereka sudah gagal. Kenaikan harga BBM, menurut mereka akan berdampak pada pemiskinan baru kepada rakyat, dan lain sebagainya. Hal tersebut saya dapatkan dari keterangan Jaka Selimut yang saat itu kebetulan sedang liputan disana.



"Apa pemerintah mendengarkannya, apa pemerintah bakal nge-waro apa yang diberitakan media tentang apa yang mereka serukan hari ini ya Tor?" tanya Jaka kepada saya, entah dia butuh jawaban langsung dari saya atau memang dia ingin memikirkan hal itu sendirian, saya hanya menggeleng sambil berpikir juga. "Kalau mendengar langsung, lo liat aja sendiri mana mereka? nggak ada siaran langsung, jarak pager ini aja sama gedung entah berapa puluh meter. Kalo pemerintah nggak ngabulin permintaan mereka, bakal kayak gimana ya mereka Tor? banyak banget pertanyaan dikepala gue, kasihan mereka, melakkan hal itu terus menerus tanpa memberikan hasil yang begitu kentara dimata gue selama ini". Katanya, Saya juga berpikir, ia kasihan mereka, panas-panasan, menahan makan, minum melakukan long march hanya untuk hal yang belum tentu diwaro sama pemerintah. "mungkin mereka perlu memikirkan hal dan tindakan yang lebih efisien dan lebih pasti Jak" jawab saya, baru kali ini saya memberikan tanggapan dari pertanyaan-pertanyaan yang Jaka katakan dari tadi. "Bukan yang kayak di Cibiru itu kan Tor caranya, memberhentikan mobil truk pembawa BBM dan menendang-tendangnya atau melemparinya dengan batu sehingga membahayakan pengguna jalan lainnya? aturan yang gitu-gitu dikurangin lah, apa kata mereka melihat golongan mahasiswa kayak kita bertidak kasar dan amoral begitu" Sambar Jaka.

"Lo inget Jak, buku CSD (Catatan Seorang Demonstran) yang sempet lo baca, gue kemaren mulai baca lagi, di bagian beberapa aktivis yang dimarahi oleh bung karno, dia berkata 'Inikah yang diajarkan Yesus pada kalian? mana HMI? Inikah yang diajarkan Nabi Muhammad?' (Catatan Seorang Demonstran:154), mereka adalah salah satu persatuan mahasiswa yang membawa nama Islam lho Jak, mereka berkata-kata dan bertindak tidak seperti seorang muslim yang baik, berkata-kata kasar dan mencoret-coret dinding dengan umpatan pada orang yang lebih tua daripada mereka, bolehlah mereka yang diumpat terjebak dalam kekafiran, tapi apakah pantas hal itu dilakukan oleh seorang muslim?" tanyaku heran.

"Ini bisa jadi tanda tanya besar Tor, buat gue, buat lo juga ya mungkin buat mereka yang juga heran sama kayak gue diluar sana, gue bukan orang yang apatis sama yang beginian, gue cukup ingin tahu, maka dari itu gue harus banyak menelaah berbagai hal yang seperti ini, apakah mereka benar-benar independen? apakah mereka benar-benar seorang idealis, dan apa yang akan mereka lakukan apabila pemerintahan rezim ini runtuh dan memaksa mereka untuk memimpin bangsa ini? kalo yang gue tau si dari zaman Soekarno yang namanya ngeruntuhin rezim, mereka yang berkoar-koar ujung-ujungnya juga membuncitkan diri di Senayan, atau dimanapun tempat mereka memimpin, bokap temen gue pernah ngomong ke temen gue, 'ini sih masalah moral, iman, dan keyakinan mereka bila memimpin kelak', tapi kalo kita liat mereka yang sekarang ini berkata dan bertingkah seperti ini, gimana kedepannya?" Tanya Jaka sambil berlalu, seolah dia menjadikan ini sebuah PR buat dia agar menemukan jawaban dari teka-teki ini, "Kita manusia bebas, bebas dalam berpikir, menyusun dalam recana, dalam berbicara dan bertindak, tapi kita punya batasan. Kita tidak pernah ditekdirkan untuk diam didalam tekanan, paling tidak sesekali kita buatlah shock terapi, karena bila hal yang dilakukan berulang-ulang itu dilakukan terlalu sering objek kita akan kebal, lihat saja yang diatas sana Tor, Tebal muka, Lubang telinga tertutup oleh sumpalan uang dan rekening tabungan, hati mereka yang sakit pun sudah tertutup tembok tebal, tapi ingat Tor, ini masalah oknum, bukan semua, ingat itu, serang saja oknumnya" jelas dia, sambil mengikutinya jalan ke arah Dipatiukur untuk naik damri saya menyambar omongannya, "masalahnya oknumnya sudah terlalu banyak, benang merah sudah kusut, lalu gimana lagi Jak?"


"HAHAHA udahlah, kita jadiin PR aja, banyak baca, berdoa dan berpikir juga lo tau jawabannya ntar Tor" ucapnya sambil menatap keatas langit.

Label: , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda