Rabu, 04 April 2012

Sebuah Awal


Akhir-akhir ini adalah hari yang hebat, dimana saya dan Jaka mengalami berbagai macam hal baru dalam keseharian, bukan hanya tidur, berbicara ngelantur dan tidak tentu arah. Kami disibukan oleh berbagai macam kegiatan, rapat ini, rapat itu, ngurus ini, ngurus itu. Sampai-sampai kami melupakan apa yang disebut dengan melepas penat. Suatu hari saya duduk di gembul bersama Jaka sambil mengopi, kami berdua diam saja, tanpa ada komunikasi sama sekali, kami saling tidak memperdulikan satu sama lain, dan kami saling tidak memperhatikan bukan karena kami bertengkar atau bagaimana, tapi karena memang saat itu saya sedang malas sekali berbicara, saya hanya ingin merenung, mengosongkan pikiran karena baru kali itu badan saya merasa benar-benar lelah setelah beberapa hari terakhir ini kami memiliki banyak kegiatan.
Jaka menenggak kopinya sambil memandang kosong kedepan, seolah-olah memperhatikan sesuatu tetapi pandangannya kosong. "Lelah, Bosen, dan gue nggak tau lagi apa yang harus gue lakuin Tor, lo ada ide nggak?" tanya Jaka tiba-tiba, saya yang memang sedang malas bicara hanya menggeleng dan langsung menopang dagu karena lemas. "Ga bisa, ini nggak bisa gini terus Tor, Gawe (kerja) dengan semangat, kerja dan melupakan segala permasalahan yang bisa aja cuma modus gue buat ngelupainnya aja, setelah selesai dari itu, gue istirahat masalah kebayang lagi, dan gue butuh gawe lagi, lama-lama kesibukan bisa jadi morphin buat gue, penghilang rasa sakit Tor, bosen gue, lo tau sendiri gue bukan tipe workaholic" lanjutnya dengan wajah yang mengartkan kelesuan dan kebosanan yang amat sangat. "Masalah apa Jak? Modus apa? nikmatin aja lah semua ini, lagian kan kamu sendiri yang selalu mencoba mengikuti tawaran-tawaran mereka, ngapain kamu pake berlagak menyesal begitu" jawabku dengan malas. Kadang memang temanku ini selalu berbicara tidak jelas dan tidak ada juntrungannya, mengeluh dan mengeluh, membuat kepala saya serasa ingin meledak. Jaka bukanlah orang yang tahan terhadap masalah yang berlarut-larut, saya tahu memang akhir-akhir ini ada saja masalah yang datang padanya, sebenarnya masalah itu sepele, tapi ya entah karena terlalu lelah makanya dia selalu berpikir pendek dan langsung mengeluh atau bagaimana saya tidak terlalu mengerti dia akhir-akhir ini. 

"Gue nggak mengeluh karena malas, bosan dan muak dengan segala kegiatan ini, tapi masalah ini, ada saja masalah yang datang, orang-orang itu, datang lagi, datang lagi, gue mau ngumpet juga nggak bisa, bosan gue sama yang gini-gini nih, nggak suka gue" keluhnya lagi. "Siapa? ha? mereka yang datang minggu lalu? bukannya memang sudah kau usir mereka? masih datang lagi? siapa sih mereka, kalau perlu saya yang usir, mereka tidak bisa diusir dengan cara halus atau memang tidak mengerti bahasa kita si?!" kataku agak kesal kepada Jaka. Memang akhir-akhir ini Jaka mengatakan kamarnya didatangi oleh orang yang tidak dia kenal, mereka ada dua orang dan mengajak untuk bekerja sama, dan kerja sama dengan orang asing yang belum akrab ini sungguh mengganggu Jaka, dia tidak menyukai hal-hal seperti itu. "Ia, tapi gue juga nggak mau kasar Tor, udahlah biar ntar mereka juga ngerti sendiri, gue yakin suatu saat mereka bakal ngerti sendiri, semoga ini cepet berakhir" ucap Jaka dengan wajah yang sangat lelah, seolah sangat bosan dengan mereka yang selalu mencari dirinya.

"Mungkin orang MLM Jak, kamu mau coba bisnis?" tanyaku bercanda. "Seabis-abisnya uang gue, gue nggak bakat buat ikutan bisnis kayak gitu Tor, lagian sekali aja mereka nyebut nama perusahaan MLM gue bakal langsung tutup pintu, biarpun dengan nyebutin tawaran yang lain juga gue tetep bakal tutup pintu, gue nggak nyaman sama orang-orang macem gitu masalahnya Tor" Jawabnya serius. Sepertinya dia memang sedang sangat sensitif hari ini. "Kalau kamu bosan kamu bisa membaca buku dan menulis sesuatu Jak, kalau kamu suntuk menulis kamu bisa memainkan alat musik, cobalah hal yang baru untuk melupakan masalah pelik yang kamu rasa, saya juga menulis banyak bila sedang butuh refreshing, karena hal itu bisa membuat saya merasa nyaman" kataku memberi saran pada teman saya yang terlihat semakin tidak bersemangat.

Hari-hari berlanjut dengan sangat biasa, orang-orang itu tetap mencari Jaka, sesekali saya melihat mereka, saya seperti mengenalnya, mereka terlihat sangat familiar, tapi saya lupa, apakah saya pernah mengenalnya. Suatu hari saat saya melihat mereka, saya ingin menghampirinya, saya ingin tahu apa yang mereka inginkan dari Jaka, tetapi saat saya melangkah ada tangan yang menahan lengan saya, menggenggam kuat dan menarik ke belakang, dia langsung berbisik. "Sudah, belum saatnya kita bertindak, biarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan, gue akan terus menolak sampai mereka memaksa gue" kata orang yang ternyata adalah temanku sendiri Jaka Selimut. 

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda