Senin, 28 Mei 2012

Kemana Perginya [MORAL] ?



Ketika saya bertanya pada sahabat saya, saya mempertanyakan, apakah moral adalah sebuah masalah utama yang menjadi pokok kerunthan negri ini? dia menjawab. "Ya bisa dibilang salah satu hal utama yang menghadirkan segala masalah di Indonesia adalah moral" Pria berbadan kurus itu mengatakan hal itu bukan tanpa alasan. "Banyak hal yang melunturkan nilai-nilai religi maupun budaya karena kebanyakan dari kita mulai melupakan moral Tor. Kebanyakan dari kita adalah sebuah kanfas kosong tanpa warna dasar, jadi warna apa yang masuk dalam diri kanfas itu ya tercoret saja, tapi kita tidak punya warna dasar. apa menurut lo yang menjadi warna dasar dari seorang Indonesia?" tanya dia balik pada saya, saya sudah mengira dia memiliki jawaban dari pertanyaan itu, saya menjawab, "Budaya Jak, kita orang Indonesia punya budaya, agama, dan ya dasar negara seperti panca sila dan lain sebagainya". "Lalu, apakah kita masih menghargainya? Kebudayaan itu, Religius itu, dan pancasila itu, kita jangan lihat yang tua-tua dulu, generasi muda aja deh, penerus dan sebuah bagian paling penting dalam keberlangsungannya negara ini, apa yang lo lihat saat ini soal pelestarian budaya dan menanamkan nilai-nilai. Bahkan kalo lo liat sendiri, apa anak muda saat ini masih mengenal bahasa asli ayah ibunya? apa itu yang disebut warna dasar yang menjadikan kita khas orang indonesia? ketika ditanya dengan bahasa Inggris, Korea, Jepang dan lain sebagainya mereka lancar saja menjawabnya. Dan dari segi agama, gue lebih menilai sekarang kelompok dalam agama sendiri pun sudah saling menghancurkan satu sama lainnya, saling mengejek dan melakukan tindakan anarkis yang dijadikan topeng dari kepentingan masing-masing dibaliknya. Ah lama-lama gue pusing Tor" katanya sambil kembali terdiam dan merenung.

Dia memang begitu, baru saja dia bilang jangan bahas karena sedang malas berpikir, tetapi ya dia langsung diam dan berpikir lagi, menjadikan hal yang dia tolak sebagai bahan pemikiran. "Gue sedang berpikir lagi soal kasus yang baru-baru ini merebak Tor" Kata Jaka yang memulai lagi pembicaraan dengan perkiraan topik baru. "Lo tahu soal konser musisi luar negeri yang gagal itu? banyak sekali hal yang bisa di kaji disitu, dari segi keamanan, ketertiban rasa nyaman masyarakat, media dan lain sebagainya. Gue heran dan nggak habis pikir, kenapa bisa sebuah ormas menjadi hal yang paling dominan pengatur keamanan di negara ini. Banyak komentar yang terkesan polisi itu takut-takut untuk mengambil resiko keamanan yang akan terjadi bila memang konser musisi yang katanya menganut aliran setan itu diadakan." Sambung Jaka dengan semangatnya. "Ia, saya juga bingung Jak, ini permasalahan memang terkesan susah-susah gampang, saya beberapa minggu yang lalu sempat membaca artikel di sebuah media online mengenai tanggapan seorang pemimpin NU cabang Depok mengeluarkan suatu pernyataan yang relistis mengenai kisruh konser musisi ini, dia mengatakan kalau siapapun yang menolak diadakan konser ini hanya karena dia penganut aliran setan atau apalah itu adalah mereka yang munafik dan sok moralis, kalau mereka takut budaya timur kita tercemari hanya karena sebuah konser musisi barat, kenapa mereka tidak sadar kehidupan mereka saat ini sudah dikuasai oleh cukong-cukong barat sana juga, bagaimana pendapatmu Jak?" tannyaku pada Jaka.

"Sebenarnya sih memang betul menurut gue kata narasumber di media itu, ini sih sebenarnya kembali kepada masyarakatnya sendiri, apakah akan terpengaruh atau tidak, kan udah gue bilang bila memang moral di sini sudah terbangun dengan baik pastinya mereka senantiasa bisa menyaring apa saja yang masuk ke dalam negri ini, khususnya budaya ya Tor, gue sejujurnya mengakui dan sangat bisa menjamin budaya barat adalah budaya yang benar-benar menguasai kehidupan anak muda jaman sekarang, sudah 50% lah kadarnya dan itu sudah ada yang mengakar dalam dirinya, budaya ketimuran pun sudah hampir luntur disini, baik itu fashion, musik, dan cara pandang dan bersikap. Sebenarnya hal yang paling mempengaruhi disini adalah media, ya medialah yang berperan dalam hal ini, mereka mencoba memasukkan bagaimana budaya barat dan masyarakat yang tidak bisa menyaring itu kedalam pemikiran sehat dan hanya mengambil sisi yang menurut mereka keren akhirnya tercemar. Kita tidak seharusnya menyalahkan media, baik itu nasional maupun luar, negara ini sudah mengenal internet dan akses dalam hal tersebut sudah jelas dapat terjelajah dengan mudah, hampir diseluruh kota besar masyarakat dapat mengakses internet dengan mudah, tetapi tetap saja mereka masih belum bisa dengan bijak memanfaatkannya. Masih ada diantara mereka yang masih belum bisa dengan lihai menyaring apa saja hal positif dan negatif dari budaya dari luar sana." jelas Jaka.

"Ya, Indonesia negara berkembang tapi lambat belajar Jak ha ha, padahal mereka yang berteriak keras dan mengenai sebuah konser orang yang berpola pikir satanic itu bisa berkaca dan berpikir dengan cerdas, 'kalau memang tidak suka ya tidak usah di tonton, toh kalau masyarakat bisa menyaring pesan media tidak ada yang musti diributkan. Lagipula bila mereka tidak bisa menonton konser, mereka bisa menonton di televisi atau media online kan?' ah sudahlah Jak saya mau balik ke kamar, mau tidur, bosan memikirkan kelompok yang belum dibukakan jalan pikirnya seperti mereka, Ibukota mau di buat keos karena masalah sepele" Ucapku menutup percakapan malam itu, dan saya pun keluar dari kamar Jaka, meninggalkannya saat dia masih berkumul dengan asap rokoknya yang cukup pekat.



Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda