Senin, 02 Agustus 2010

kickfest dan hari pajang diibukota parahyangan

Akhir dari sebuah perjalanan
Mendarat di sudut pertokoan
Buang kepenatan

Awal dari sebuah kepuasan
Kadang menghadirkan kebanggaan
Raih keangkuhan

Tapi tapi
Itu hanya kiasan
Juga juga suatu pembenaran
Atas bujukan setan,
Hasrat yang dijebak jaman
Kita belanja terus sampai mati

lirik efek rumah kaca ini pas banget deh rasanya buat postingan gue hari ini, masalahnya ini adalah postingan lanjutan dari postingan gue sebelomnya (jaka selimut nyetreet lagi di bandung).
dan kita akan segera memulainya diparagraf selanjutnya.

ini adalah pagi yang biasa, pagi yang dingin dinangor setelah hari yang melelahkan dikota bandung bersama ali ikhsan, pendekar shaolin, dan seseorang yang tidak bisa disebutkan namanya. jam 7 merek masih belum terbangun, jam 8 pun begitu, sehingga salah satu dari mereka mulai bangun jam 10 lewatan. ya begitulah generasi muda indonesia yang sudah lama terjabak dalam penatnya pengangguran.

dan dengan samangat hidup ang masih tersisa beberapa pesren mereka menikmati terjaganya dengan hitmat, tidak lupa saling bergantian membeli setengah bungkus rokok diwarung depan. dan berbincang-bincang tantang rancana akan kemana hari ini.

dan semua itu berlangsung sampai pukul 12 siang, dan melewatkan solat jumat, seperti biasa jaka selimut menjadi manusia yang kurang beriman jika berada dirantauannya. dan akhirnya perjalanan pun ditentukan. pukul 2 atau setengah 3 sore mereka akan memulai perjalanan menuju kickfest yang tidak tahu dimana letaknya. berdasarkan pengalaman jaka selimut dan jaka duta merka manyimpulkan bahwa kickfest akan tetap diselenggarakan di sasana budaya ghanesa, karena kesimpulan yang absurd seakan mereka benar-benar berpengalaman akhirnya mereka jalan setelah menunggu kemauan diri untuk mandi yang sangat sulit untuk muncul, karena jam sepuluh pagi saja masih berasa dingin seperti jam 7 pagi.

sinkat cerita mereka sudah selesai mandi dan bersiap-siap jlan menuju sasana budaya siang menjelang sore waktu itu. dengan langkah malas dan malu malu jaka selimut, pendekar shaolin dan ali ikhsan menapakan kaki mereka dipelataran depan kosan menuju pangkalan damri yang jauhnya alaikum gambreng. namun dengan kesabarannya, dan keteguhan hatinya mereka berbincang disepanjang perjalanannya sehingga perjalanan jauhpun tidak terasa sama sekali. sementara mereka kini sudah di depan halte didepan gerbang unpad dan damri dengan jurusan jatinangor-elang pun sedah ada dihadapan dan mereka langsung menaikinnya.

disepanjang perjalanan, mereka diselimuti angin sepoy-sepoy dari jendela damri tahun 80-an yang sangat klasik dan tidak terrawat itu. namun bantalan jok tempat duduk tetap saja melelapkan tidur siang mereka karena mereka hanya merasakan seperempat malam sebelumnya. tidak terasa damri sudah memasui gerbang tol M.Toha..eh M toha atau apa gue lupa dan nggak yakin tentang tol itu , jaka selimut dibangunkan dengan suara penumpang yang turun didepan pintu tol. dan tanpa terasa perjalanan sudah mengantar kami kedepan pintu gerbang terminal leuwi panjang dimana tadinya mereka akan naik damri jurusan leuwi panjang-ledeng. tapi sebelum kedalam terminal pendekar shaolin dan ali ikhsan akan mengambil uang disebuah bank swasta yang terkenal seperti nama merek kecap dengan susunan terbalik-balik. setelah semuanya selesai mereka memasuki terminal leuwi panjang, dan langsung menuju tempat damri. dan dengan hati yang tenang menaiki damri jurusan leuwi panjang ledeng, yang ber-AC, dan jok empuk dan siap untuk ditiduri. namun, saat bertanya kepada seorang penumpang "A, kalo bis ini yang kesabuga itu yah??" dengan polos aa itu menjawab "wah, salah naek yang ke dago aja ntar sambung sekali lagi naek angkot". dan dengan bergegas mereka meninggalkan damri dan menaiki damri yang berada ditempat dimana biasanya damri jurusan dago berada. dan sekali lagi saat menanyakan kondektur yang tentunya tidak mengenakan kebaya dan kondek itu kami salah naik damri. waw!! sekali lagi mereka salah maka mereka akan ketiban gelas muk ukuran iklan extrajos tepat diatas kepala mereka. dan kini kami lebih mengambil jalur aman dengan menanyakan dimana damri jurusan dago itu berada, dan menurut keterangan kondektur itu, mereka harus menunggu, dan sambil menunggu mereka jalan menuju warung rokok untuk membeli rokok. dan kembali menanyakan dan menanyakan dengan sangat hati-hati. "sementara tangan, dan mata saya sudah lelah mari kita lanjutkan menulis besok", kata sang penulis. sampai ketemu di paragraf selanjutnya.

saat paragraf ini dimulai semuanya terasa panjang. terasa berminggu-minggu rasanya saat gue memikirkan untuk membuat paragraf ini dan sakin lamanya saya berpikir, saya akhirnya memutuskan mengakhiri postingan ini karena menurut saya memori saya tentang perjalanan ini sudah ter-delete. maaf kawan dan kita lanjutkan ke postingan saya tentang jaka selimut selanjutnya oke, see u dadah

Label: